Total Tayangan Halaman

Minggu, 22 Mei 2011

pklh tugas tomporlok

PERTUMBUHAN PENDUDUK VS KETERSEDIAAN PANGAN

Oleh : Tito Raditya Arya Wicaksono, S.Si
             Thomas Robert Malthus menyebutkan dalam teorinya bahwa pertumbuhan penduduk akan selalu mengikuti deret ukur, sedangkan ketersediaan pangan akan mengikuti deret hitung. Teori tersebut terkenal dengan teori ledakan penduduk di wilayah perkotaan yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan. Namun teori tersebut tidak seluruhnya benar dan mendapat banyak sekali bantahan. Kelemahan dari teori yang kemukakan oleh Malthus tersebut, salah satunya adalah tidak mempertimbangkan kemajuan teknologi pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

Merefleksikan teori Malthus tersebut, bagaimana dengan kondisi pertumbuhan penduduk dan ketersediaan pangan di Kalimantan Selatan?

Kondisi penduduk di Kalsel berdasarkan data BPS tahun 2005 berjumlah 3.271.413 jiwa kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi 3.496.125 jiwa. Rata-rata pertumbuhan penduduk per-tahun mencapai 1,58%. Pertumbuhan penduduk terbesar terjadi di Banjarbaru dengan pertumbuhan 3,05% per-tahun, disusul oleh Banjarmasin dengan pertumbuhan 2,11% per-tahun. Sedangkan untuk pertumbuhan penduduk paling kecil terdapat di Balangan dengan pertumbuhan penduduk per-tahun hanya mencapai 0,55%.

Tabel 01. Jumlah, Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk
Menurut  Kabupaten di Kalimantan Selatan
No.
Kabupaten/Kota
Luas
(km2)
Jumlah Penduduk (jiwa)
Pertumbuhan
(%/tahun)
Kepadatan
(jiwa/km2)
Tahun 2005
Tahun 2009
1.
Tanah Laut
3.729,30
255.188
274.526
1,89
74
2.
Kota Baru
9.422,73
261.104
281.120
1,92
30
3.
Banjar
4.710,97
459.748
498.088
2,08
106
4.
Barito Kuala
2.376,22
258.682
275.145
1,59
116
5.
Tapin
2.174,95
149.332
154.005
0,78
71
6.
Hulu Sungai Selatan
1.804,94
203.635
209.669
0,74
116
7.
Hulu Sungai Tengah
1.472,00
236.021
246.120
1,07
167
8.
Hulu Sungai Utara
951,25
209.107
218.109
1,08
229
9.
Tabalong
3.599,95
185.889
195.114
1,24
54
10.
Tanah Bumbu
5.066,96
210.287
231.135
2,48
46
11.
Balangan
1.819,75
100.466
102.696
0,55
56
12.
Banjarmasin
72,67
589.115
638.902
2,11
8.792
13.
Banjarbaru
328,83
152.839
171.496
3,05
522
JUMLAH
37.530,52
3.271.413
3.496.125
1,58
93,00

Sumber: Publikasi BPS, Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2010

Tingkat kepadatan penduduk terbesar terdapat di Banjarmasin dengan kepadatan penduduk mencapai 8.792 jiwa/km2, kemudian disusul oleh Banjarbaru yang memiliki kepadatan penduduk sebesar 522 jiwa/km2. Sedangkan untuk tingkat kepadatan terendah terdapat di Kota Baru yang hanya sebesar 30 jiwa/km2. Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru yang memiliki tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk terbesar dibandingkan dengan lainya, telah menempatkan dua wilayah tersebut menjadi wilayah yang berisiko mengalami ledakan penduduk.

Walaupun pertumbuhan penduduk dan angka kepadatan penduduk di Kalsel relatif meningkat, namun upaya pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan bisa dibilang cukup berhasil. Peningkatan bahan pangan terutama untuk hasil produksi padi di Kalsel bisa dikatakan lebih dari cukup. Program yang sudah digalakkan oleh pemerintah diantaranya adalah pembentukan Desa Mandiri Pangan, Pembangunan Lumbung Pangan, Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) dan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDMP). Upaya yang telah dicanangkan oleh pemerintah tersebut telah menggugurkan teori yang dikemukakan oleh Malthus, karena sebesar apapun peningkatan jumlah penduduk di Kalsel maka pemerintah tetap mampu menyediakan bahan panangan.

Tabel 02. Luas Panen, Produksi, dan Hasil Padi Sawah Serta Padi Ladang
Menurut  Kabupaten di Kalimantan Selatan

No.
Kabupaten/Kota
Tahun 2005
Tahun 2009
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Hasil/Ha
(Kw/Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Hasil/Ha
(Kw/Ha)
1
Tanah Laut
37.582
122.413
32,57
40.247
129.820
32,26
2
Kota Baru
20.723
64.695
31,22
26.531
97.344
36,69
3
Banjar
70.939
239.602
33,78
69.183
221.405
32,00
4
Barito Kuala
86.589
279.091
32,23
91.197
317.605
34,83
5
Tapin
53.755
197.985
36,83
59.947
254.506
42,46
6
Hulu Sungai Selatan
43.059
161.982
37,62
44.793
211.153
47,14
7
Hulu Sungai Tengah
35.023
132.837
37,93
44.028
208.943
47,46
8
Hulu Sungai Utara
25.103
98.181
39,11
29.833
174.842
58,61
9
Tabalong
34.307
126.193
36,78
32.780
144.370
44,04
10
Tanah Bumbu
20.797
67.045
32,24
17.446
79.448
45,54
11
Balangan
26.771
92.363
34,50
29.941
103.826
34,68
12
Banjarmasin
1.710
5.692
33,29
1.580
5.274
33,38
13
Banjarbaru
3.183
10.756
33,79
2.563
8.455
32,99
JUMLAH
459.541
1.598.835
34,76
490.069
1.956.991
40,16

Sumber: Publikasi BPS, Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2010

Komoditi bahan pangan terutama untuk produktivitas padi di Kalsel tahun 2005-2009 memang cukup menggembirakan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan luas panen yang hanya 459.541 ha pada tahun 2005 telah meningkat menjadi 490.069 ha pada tahun 2009, atau peningkatan rata-ratanya sebesar 6,64%. Peningkatan luas panen yang terbesar terjadi di Kota Baru dengan peningkatan mencapai 28,03%. Peningkatan terbesar kedua terjadi di Hulu Sungai Tengah yang meningkat sebesar 25,71%. Namun terjadi juga penurunan luas panen, dengan penurunan terbesar terjadi di Banjarbaru yaitu sebesar -19,48% dan di Kabupaten Tanah Bumbu sebesar -16,11%. Berkurangnya luas panen disebabkan lahan pertanian mengalami gagal panen karena diserang hama atau perubahan cuaca yang ekstrim. Penurunan luas panen juga disebabkan adanya konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian.

Produktvitas padi, baik dari padi sawah dan padi ladang pada tahun 2005 adalah sebesar 34,76 kw/ha telah meningkat menjadi 40,16 kw/ha pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan pula bahwa telah terjadi peningkatan rata-rata sebesar 15,53% atau sebesar 3,88% per-tahun. Penyuplai hasil padi terbesar dari tahun 2005-2009 yaitu dari Hulu Sungai Utara dengan peningkatan sebesar 49,85% atau 12,46% per-tahun. Penyuplai terbesar kedua adalah Tanah Bumbu dengan peningkatan produktivitas padi sebesar 41,26% atau 10,32% per-tahun. Namun pada beberapa wilayah juga mengalami penurunan diantaranya adalah di Tanah Laut, Banjar, dan Banjarbaru. Penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Banjar yang turun sebesar -5,25 % kemudian disusul dengan penurunan yang terjadi di Banjarbaru yang menurun sebesar -2,38%.

Walaupun saat ini untuk provinsi Kalsel memiliki produktivitas padi yang sangat menggembirakan, namun perlu diperhatikan juga bahwa pada beberapa wilayah mengalami penurunan produktivitas. Seperti telah diuraikan sebelumnya di Banjar dan Banjarbaru mengalami penurunan produktivitas padi yang salah satunya disebabkan oleh berkurangnya lahan pertanian. Berdasarkan data tahun 2005 untuk Banjurbaru produksi padi juga berasal dari padi ladang dengan kontribusi sebesar 40,30% dari total produktivitas padi pada tahun tersebut. Namun pada tahun 2009 produktivitas padi hanya berasal dari padi sawah. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi konversi lahan pertanian (lading) menjadi lahan non-pertanian khususnya pemukiman.

Selain Banjarbaru, berdasarkan data tahun 2009 tedapat tiga wilayah lainnya yang memiliki produktivitas padi hanya berasal dari padi sawah saja. Dari ketiga wilayah tersebut adalah Barito Kuala, Hulu Sungai Utara, dan Banjarmasin. Memang untuk Banjarbaru dan Banjarmasin tidak diprioritaskan sebagai penghasil padi. Tetapi perlu dipertimbangkan bahwa pertumbuhan penduduk yang menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk akan memaksa terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian. Terjadinya konversi lahan pertanian ini dikawatirkan akan menyebabkan berkurangnya produktivitas padi. Sehingga diharapkan adanya penanganan lebih dini untuk menjaga agar ketahanan pangan khususnya untuk produktivitas padi di Kalsel dapat tetap dijaga


Pertumbuhan Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi

World Population Growth 2050World Population Growth 2050 Pertumbuhan penduduk terjadi menurut deret ukur sedangkan pertumbuhan produksi berlangsung secara deret hitung. Sebab itu akan terjadi peledakan penduduk yang berakibat kelaparan dan kematian. Keyakinan ini pertama kali dikemukakan oleh Prof. Thomas Robert Malthus (Universitas Cambridge, 1785). Akan tetapi Prof. Simon Kuznets membantahnya 173 tahun kemudian. Secara ilmiah ia membuktikan bahwa Malthus sama sekali salah. Untuk itu ia mendapat hadiah Nobel di bidang ekonomi pada tahun 1971.
Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi berlangsung paling pesat pada saat pertumbuhan penduduk paling cepat pula. Keadaan ini dibuktikan oleh Eropa selama 100 tahun industrialisasi di Eropa. Prof Yamomoto di Jepang juga mempunyai keyakinan yang sama berdasarkan observasinya bahwa pertumbuhan ekonomi di Jepang paling tinggi terjadi dalam tahun 1970-an. Ia menunjuk ketika Jepang secara dramatis mengambil alih pasaran produksi mobil dunia selama 30 tahun terakhir abad ke-20.
Alasan utama korelasi antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi sebenarnya sederhana. Yaitu terdapatnya permintaan sangat besar dalam penduduk yang bertumbuh. Terdapat lebih banyak pembeli untuk produk yang dihasilkan, sehingga secara alamiah produksi makin tumbuh dan makin banyak orang bekerja, dengan demikian kemiskinan terhapus. Pertumbuhan penduduk adalah stimulus terbesar untuk kemajuan ekonomi. Tekanan karena pertumbuhan penduduk pada sumber daya yang terbatas pada saat tertentu di suatu daerah tertentu menjadi daya dorong paling besar terhadap inovasi teknologi dan peningkatan produksi. Dengan demikian Thomas Malthus, seorang pastor Inggris yang pertama-tama bicara tentang peledakan penduduk dengan akibat kelaparan dan kematian terbukti salah berkali-kali.
Akan tetapi hasil seperti ini tidak akan terjadi bila daya beli dihilangkan dari penduduk yang tumbuh. Penduduk tidak bisa membeli bila mereka tidak memiliki uang. Mereka tidak punya uang karena gaji yang rendah. Karena penghasilan yang seharusnya mereka terima tersedot oleh pembayaran hutang nasional dan internasional, oleh berbagai pemotongan pajak khusus untuk investasi asing (seperti tax holiday /bebas pajak untuk waktu tertentu), dan lebih-lebih oleh korupsi dan suap. Maka pendapatan yang seharusnya diterima masyarakatto, semua itu beralih menjadi milik para pejabat dan orang-orang tertentu.
Bagi para politikus, mereka lebih senang menyerang jumlah penduduk kalau mereka tidak mempunyai obat untuk menghilangkan kemiskinan dari masyarakat disebabkan suap dan korupsi yang telah berurat akar. Karena tiadanya kesediaan mereka menutup bocornya dana kepada beberapa orang tertentu. Kemiskinan adalah akibat kolusi pemerintah dan pengusaha.
Sumber : Ernesto R. Gonzales, PhD. Why impose a two child policy for the Filipino Family?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar