Total Tayangan Halaman

Sabtu, 04 Juni 2011

gili lampu


ANALISIS DAMPAK KEGIATAN PARIWISATA DI GILI LAMPU DI DESA SAMBELIA KECAMATAN SAMBELIA KABUPATEN LOMBOK TIMUR
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pulau Lombok merupakan pulau yang memiliki banyak daerah wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Namun karena kurangnya promo membuat daerah wisata yang ada di pulau Lombok jarang di kenal oleh para wisatawan. Pulau Lombok dikenal sebagai daerah yang memiliki keindahan pantainya dan pulau kecilnya (Gili) oleh para wisatawan, keberadaan daerah wisata ini memberikan pengaruh bagi masyarakat sekitar baik itu pengaruh positif maupun negatif.
Di pulau Lombok ada beberapa daerah wisata yang ramai dikunjungi oleh para wisatawan salah satu diantaranya adalah pantai senggigi yang ada di wilayah Lombok Barat dan pantai kuta di Lombok Tengah, kedua pantai ini ramai akan pengunjung karena keindahan pantainya. Masih banyak daerah wisata yang jarang diketahui oleh para wisatawan karena kurangnya promo untuk daerah wisata tersebut, seperti daerah wisata yang ada di wilayah Lombok Timur yaitu pantai lampu atau lebih tenar masyarakat sekitar menyebutnya dengan “ Gili Lampu ”.
Gili Lampu ini sangat ramai akan pengunjung apalagi pas hari-hari libur, daerah wisata ini terkenal dengan keindahan pantainya yang utama, rerimbunan pepohonan yang ada di pinggir pantai membuat suasana pantai semakin dinikmati oleh para pengunjung. Dari hasil observasi ke daerah lokasi melalui bantuan teman disana, dari hasil data pengunjung, daerah ini dari tahun ke tahun jumlah pengunjung semakin meningkat apalagi setelah daerah ini dijadikan sebagai salah satu tempat wisata yang ada di wilayah Lombok Timur.
Keberadaan daerah wisata Gili Lampu ini memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat yang ada disekitar daerah lokasi dengan makin meningkatnya jumlah pengunjung tadi, inilah yang melatarbelakangi makalah ini disusun.

1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana kegiatan pariwisata di Gili Lampu memberikan pengaruh/dampak terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

1.3. Tujuan Penulisan
Mengetahui kegiatan pariwisata di Gili Lampu memberikan pengaruh/dampak terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

1.4. Manfaat Penulisan
Sebagai bahan rujukan bagi PEMDA setempat untuk lebih memperhatikan kegiatan pariwisata yang ada di Gili Lampu.







BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sekilas informasi singkat tentang Pulau Lombok.
Pulau Lombok memiliki lokasi geografis di Asia Tenggara Koordinat 8.565° S 116.351° E Gugusan Pulau-pulau Kepulauan Kecil Sunda. Luas pulau 4,725 km². Tempat tertinggi adalah Rinjani (3,726 m). Pulau Lombok menjadi bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ibu kota provinsi, Mataram ada dipulau ini.
Secara demografis populasi penduduk berkisar 2,536,000 jiwa (data thn 2004) dengan kepadatan penduduk 537 jiwa/km². Penduduk pribumi bersuku Sasak. Tetapi di pulau Lombok terdapat beberapa suku pendatang dari berbagai daerah seperti suku Bali, Jawa, dan lainnya. Suku Sasak adalah penduduk asli yang menduduki pulau Lombok berjumlah sebanyak 2.6 juta orang (85% total penduduk Lombok). Mereka mempunyai hubungan dengan orang Bali dari segi
budaya dan bahasa.

Sejarah

Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah tumbuh dan berkembang di pulau Lombok, bahkan disebut-sebut sebagai embrio yang kemudian melahirkan raja-raja Lombok. Posisi ini selanjutnya menempatkan Kerajaan Seiaparang sebagai ikon penting kesejarahan pulau ini. Terbukti penamaan pulau ini juga sering disebut sebagai bumi Selaparang atau dalam istilah lokalnya sebagai Gumi Selaparang.

Menurut Lalu Djelenga (2004), catatan sejarah kerajaan-kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui exspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343, sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang kemudian diteruskan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.

Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, meninggalkan jejak kerajaan Gelgel di Bali. Sedangkan di Lombok, dalam perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah, dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini selanjutnya menjadi wilayah yang merdeka, setelah kerajaan Majapahit runtuh.

Di antara kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber air tawar yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Palembang, Banten, gersik, dan Sulawesi.

Belakangan, ketika Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri datang mengislamkan kerajaan Lombok. Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman ini merupakan upaya dari Raden Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.


Proses pengislaman oleh Sunan Prapen menuai hasil yang menggembirakan, hingga beberapa tahun kemudia seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam, kecuali beberapa tempat yang masih mempertahankan adat istiadat lama.

Geografis Lombok

Secara geografis, Pulau Lombok dan Pulau Bali memang terpisah. Batasnya jelas. Selat Lombok, yang membentang di sepanjang pesisir barat Pulau Lombok atau di pesisir timur Pulau Bali, menghubungkan kedua pulau kecil di wilayah Nusa Tenggara ini. Tetapi, dari sisi sejarah dan budaya, keduanya memiliki kedekatan khusus yang menjadikan Lombok dan Bali seperti dua saudara sekandung. Bahkan, sampai muncul istilah, di Lombok kita bisa menemukan Bali.

Kedekatan budaya Bali dan Lombok memang tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kedua pulau bertetangga ini. Diawali dengan masuknya pengaruh paham Siwa-Buddha dari Pulau Jawa yang dibawa para migran dari kerajaan-kerajaan Jawa sekitar abad ke-5 dan ke-6 Masehi, sampai infiltrasi Kerajaan Hindu Majapahit yang mengenalkan ajaran Hindu-Buddha ke penjuru timur wilayah
Nusantara pada abad ke-7 M.

Sejumlah penanda masih terlihat jelas hingga saat ini. Di sejumlah tempat di Pulau Lombok dan Bali terdapat nama-nama desa yang mengadopsi nama tempat di Jawa. Sebut saja, Kediri, Pajang, ataupun Mataram, yang kini menjadi nama
ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat.


Pendatang asal Bali yang bermigrasi ke Lombok pada zaman kerajaan itu memanggil penduduk Sasak dengan sebutan semeton, yang berarti saudara. Sebaliknya, terhadap warga Bali dan etnis non-Sasak lainnya, masyarakat Sasak memberikan panggilan hormat, batur, yang berarti sahabat. Batur Bali berarti sahabat dari Bali, Batur Jawa bermakna sahabat dari Jawa.

Bahasa Bali-Lombok
Salah satu kedekatan budaya antara Lombok dan Bali lainnya adalah bahasa. Sebelum ramai didatangi beragam etnis, Pulau Lombok sudah dihuni masyarakat Sasak yang disebut sebagai penduduk asli. Ragam bahasa antara Lombok dan Bali hampir serupa, sama-sama bersumber dari bahasa Kawi dengan aksara Jawa Kuno.
Huruf aksara Sasak dan Bali 100 persen sama, hanacaraka-nya berjumlah 18. Ini berbeda dengan aksara di Jawa yang lebih banyak dua aksara. Bedanya, penulisan aksara Sasak lebih tegas dibanding aksara Bali.
Begitu juga dalam teknik pencatatan. Tradisi menulis di daun lontar dilakukan pujangga dan sastrawan di Bali dan Lombok. Teknik ini dilanjutkan dengan tradisi membaca naskah sastra, pepawosan dalam budaya Sasak dan mabebawos
dalam budaya Bali.
Dalam ritual upacara masyarakat Hindu di Lombok dikenal tradisi melantunkan tembang Turun Taun saat berlangsungnya upacara sakral memohon turunnya hujan. Upacara ini digelar di pura setempat menjelang datangnya musim tanam. Meskipun dilantunkan masyarakat Hindu, ragam bahasa dan lagunya jelas menunjukkan pengaruh Sasak, ditambah beberapa sisipan kata-kata bernuansa Islam. Sebait lagu ini, misalnya,
- Turun Taun Leq Gedong Sari
- Mumbul Katon Suarge Mulie
- Langan Dee Sida Allah Nurunang Sari
- Sarin Merta Sarin Sedana, yang intinya kira-kira bermakna "semoga Tuhan segera menurunkan hujan sebagai inti kebahagiaan".

Kata sangkaq dan kembeq (kenapa), lasingan, timaq (walau), aro (ah), kelaq moto (sayur bening), dalam bahasa Sasak, kata Mandia, antara lain juga diadopsi sebagai percakapan sehari-hari masyarakat Bali di Lombok.

Akulturasi kearifan
Akulturasi budaya antara penduduk lokal dan Bali serta Jawa juga terlihat dalam busana dan tradisi masyarakat. Misalnya, ikat kepala, yang dalam tata busana adat Sasak disebut sapuk (dipakai pria), mirip dengan destar dalam busana Bali.

Kebiasaan nebon, suami yang membiarkan rambutnya gondrong selama sang istri hamil, dikenal dalam tradisi Sasak dan Lombok. Rambut sang suami baru dipotong setelah istrinya melahirkan. Selama nebon, kegiatan rumah tangga ditangani suami. Kebiasaan ini dipertahankan dengan tujuan demi melahirkan generasi yang bibit, bebet, dan bobotnya berkualitas, juga kesehatan jasmani dan
rohaninya lebih baik.
Dulu, kalau mau berkunjung ke rumah seorang gadis, meskipun keduanya sama-sama keluarga Bali, sang pemuda harus bisa membacakan isi lontar Pesasakan, yang bahasa pantunnya murni menggunakan bahasa Sasak.
Akulturasi budaya juga terlihat dalam agama wetu telu. Kelompok penganut agama sinkretisme islam, hindu dan animisme. Penganut Wetu Telu mayoritas berdiam di Kampung Bayan, tempat di mana agama itu dilahirkan. Golongan besar Wetu Telu juga boleh didapati di Mataram, Pujung, Sengkol, Rambitan, Sade, Tetebatu, Bumbung, Sembalun, Senaru, Loyok dan Pasugulan.

2.2. Sekilas Informasi Singkat Tentang Lombok Timur

Keadaan Geografis
Kabupaten Lombok Timur terletak antara 161°-117° Bujur Timur dan 8°-9°Lintang Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah di sebelah barat, Selat Alas di sebelah timur, Laut Jawa di sebelah utara dan Samudera Indonesia di sebelah selatan.
Luas wilayah Kabupaten Lombok Timur termasuk daerah pantai dihitung 4 mil dari garis pantai tercatat 2.679,99 km2, terdiri atas daratan seluas 1.605,55 (59,91%) dan lautan 1.074,33 km2 40.09%). Proporsi penggunaan lahan meliputi 28,34% (45.502 Ha) lahan sawah dan 71,66% (115.053 Ha) lahan kering.
Topografi wilayah menunjukkan penampakan miring dari utara ke selatan. Dibagian utara merupakan daerah pegunungan dataran tinggi kaki Gunung Rinjani. Sedangkan bagian tengah merupakan dataran rendah dan bagian selatan merupakan daerah berbukit-bukit. Daerah pantai membatasi wilayah dari bagian utara ke sebelah timur hingga wilayah bagian selatan. Ketinggian wilayah Kabupaten Lombok Timur bervariasi antara 0 m diatas permukaan laut pada daerah pantai sampai dengan 3.726 meter dpl (diatas permukaan laut) pada daerah pegunungan. Berdasarkan topografi,maka untuk kelerengan antara 0-2% atau daerah yang datar mencakup Kecamatan Jerowaru, Keruak, Labuhan Haji dan Kecamatan Pringgabaya dengan luas keseluruhan mencapai 25.760 Ha. Untuk wilayah dengan kelerengan antara 2-15% dan merupakan kriteria kelerengan dominan di Kabupaten Lombok Timur, mencakup wilayah Kecamatan Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Selong, Sukamulia, Suralaga, Terara, Montong Gading, Sikur, Masbagik, Pringgasela, Aikmel, Wanasaba, Suela dan Kecamatan Sambelia dengan luas keseluruhan wilayah sekitar 96.763 Ha. Sedangkan untuk wilayah dengan kelerengan 15-40% mencakup sebagian wilayah Kecamatan Suela dan sebagian wilayah Kecamatan Sembalun, adapun untuk wilayah yang paling curam dengan kelerengan >40% meliputi daerah Pegunungan Rinjani yang ada di Kecamatan Sembalun dengan luas areal sekitar 13.810 Ha.
Jenis tanah di Kabupaten Lombok Timur secara umum terdiri atas jenis Aluvial, Regosol, Grumosol, Mediteran dan Asosiasi Litosol dan Litosol Coklat kemerahan. Adapun penyebaran jenis tanah berdasar kan wilayah kecamatan yang ada diperoleh gambaran sebagai berikut: Tanah jenis Grumosol tersebar di Kecamatan Keruak, Jerowaru, Terara, Montong Gading, Sikur, Sukamulia, Suralaga, Selong, Labuhan Haji, sebagian Aikmel, Wanasaba dan sebagian Kecamatan Sembalun, dengan luas 38.423 Ha (23,93%) dari seluruh luas Kabupaten Lombok Timur. Kecamatan Keruak dan Jerowaru mempunyai luas Grumosol 18.462 Ha (11,50%), sedagkan Kecamatan Sukamulia dan Suralaga hanya 23 Ha. Seperti daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten Lombok Timur juga beriklim tropis yang ditandai dengan dua musim yaitu musim panas dan musim penghujan. Curah hujan rata-rata sebesar 1882 mm/tahun dengan jumlah hari hujan perbulan 15 hari. Adapun Kecamatan yang basah pada musim penghujan adalah Kecamatan Aikmel, Suela, Sembalun, Masbagik Pringgasela, Montong Gading. Sedangkan daerah kering adalah Kecamatan Keruak dan Jerowaru dengan curah hujan rata-rata 1.080 mm/tahun.
Wilayah Kabupaten Lombok Timur dilalui oleh banyak aliran sungai dan anak sungai, akan tetapi tidak semua sungai berair sepanjang tahun. Danau hanya satu di daerah ini yaitu danau Segara Anak yang luasnya kira-kira 30 km dengan kedalaman 200 meter.
Karakteristik geografis tersebut di atas menggambarkan situasi umum Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia antara lain berupa sejumlah potensi di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan juga kehutanan. Selain itu potensi pariwisata didukung oleh objek-objek wisata alam (pegunungan dan pantai).


Kependudukan dan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Timur selama lima tahun terakhir telah mengalami peningkatan dimana pada tahun 2003 tercatat 1.030.137 jiwa yang terdiri atas laki-laki 469.891 jiwa (47,00 %) dan perempuan 542.962 jiwa (53,00 %) dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 1.067.673 jiwa yang terdiri atas 486.645 jiwa (45,63%) laki-laki dan 581.028 jiwa (54,37%).
Dengan demikian selama periode 2003 – 2007 tersebut penduduk di Kabupaten Lombok Timur telah mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,3 % pertahun.
Sementara itu perkembangan tingkat kepadatan penduduk juga mengalami perubahan dimana pada tahun 2003 tercatat 642 jiwa/km2 dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 665 jiwa/km2. Hal ini berarti ketersediaan ruang bagi penduduk di Kabupaten Lombok Timur semakin terbatas.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lombok Timur Tahun 2003-2007

No Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
(%)
Laki-laki Perempuan
1 2003 469.891 542.962
2 2004 472.662 550.179 0,98
3 2005 474.714 558.955 1,06
4 2006 480.791 572.556 1,90
5 2007 486.645 581.028 1,36
Sumber: BPS Lombok Timur (2007)

Berdasarkan kelompok umurnya diketahui bahwa penduduk di Kabupaten Lombok Timur sebagian besar (63,50 %) tergolong penduduk usia produktif ( 15 – 64 tahun) selebihnya tergolong sebagai penduduk bukan usia produktif yang terdiri atas 31,40 % penduduk anak-anak (0-14 tahun) dan 5,10 % penduduk lansia (≥ 65 tahun).
Hasil survey sosial ekonomi Daerah (SUSEDA) tahun 2007 dengan basis penduduk usia 15 tahun keatas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lombok Timur tercatat 740.858 orang (69,39%) dari total penduduk yang ada. Dari jumlah tersebut yang tergolong sebagai angkatan kerja adalah 67,39 persen dengan proporsi 65,97 persen sebagai penduduk yang bekerja dan 3,42 persen sebagai penduduk yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang bukan angkatan kerja tercatat 30,61 persen yang meliputi penduduk yang sedang sekolah 5,27 persen, mengurus rumah tangga 20,17 persen dan lainnya 5,17 persen.
Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Lombok Timur sebagian besar dari sektor pertanian (59,55 %), selebihnya dari sektor perdagangan, hotel , restauran 11,95 %; jasa-jasa 9,14 %; industri 8,83 % dan lain-lain 10,53 %. Keadaan ini juga diperlihatkan dari pola penggunaan lahan yang ada, yaitu permukiman 5,01 %; pertanian (sawah, lahan kering, kebun, perkebunan) 48 %; hutan 34 %; tanah kosong (tanduns, kritis) 1 %; padang (alang, rumput dan semak) 9 %; perairan 0,6 %; pertambangan 0,2 % dan lain-lain penggunaan 5 %.








2.3. Tentang Gili Lampu



Gili Lampu merupakan sebutan beken daerah wisata yang ada di Pulau Lombok, yang merupakan sebuah daerah pantai wisata. Gili Lampu ini tepatnya berada di desa Sambelia Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur, daerah ini memiliki curah hujan yang sedikit sehingga suhu di daerah ini lumayan tinggi.

Gili Lampu ini dulunya hanya dijadikan sebagai tempat untuk menangkap ikan bagi para nelayan yang ada di daerah sekitar, lokasi ini memiliki hasil tangkapan ikan yang terbilang banyak dan di lokasi ini juga terdapat pertambakan mutiara. Seiring berjalannya waktu membuat daerah ini yang awalnya didatangi hanya untuk membeli hasil tangkapan ikannya yang kemudian dijadikan sebagai tempat berlibur karena pantai di kawasan Gili Lampu ini tidak kalah indahnya dengan pantai yang ada di tempat lain, setelah itu wilayah ini tidak hanya di kenal sebagai tempat jual beli hasil tangkapan ikan dan pertambakan mutiara namun di kenal juga sebagai tempat berlibur yang dari hari kehari jumlah pengunjung semakin meningkat. Melihat situasi ini PEMDA setempat tidak tinggal diam menanggapi hal ini, karena makin hari jumlah pengunjung makin bertambah membuat PEMDA setempat menjadikan wilayah ini sebagai salah satu daerah wisata yang ada di Lombok Timur.

Selain sebagai tempat wisata daerah ini juga dijadikan sebagai sumber penghasilan masyarakat setempat karena sebagian besar penduduk setempat berprofesi sebagai nelayan dan ada juga yang profesinya sebagai pencari kayu bakar. Setelah daerah ini dijadikan sebagai salah satu daerah wisata di Lombok Timur, sarana untuk para pengunjung sudah mulai didirikan, seperti rumah makan, rumah menginap sederhana, areal parker yang memadai dan tempat peribadatan.















BAB III. METODE OBSERVASI
3.1. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik pengambilan datanya adalah :
a. Dengan survey langsung ke lokasi melalui bantuan teman yang disana (Lombok).
b. Dengan melakukan browsing dari internet.
c. Dengan mengambil dokumentasi dilokasi.

3.2. Langkah Kerja

Mengidentifikasi masalah

Merumuskan masalah

Melakukan observasi kelokasi

Melakukan wawancara dengan masyarakat disekitar lokasi

Mengambil dokumentasi dilokasi

Melakukan kajian literature

Membuat kesimpulan




BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tempat dan Karakteristik Lingkungan didaerah Gili Lampu
Di daerah Gili Lampu ini curah hujannya sedikit dengan suhu yang lumayan tinggi sehingga tanahnya agak sedikit tandus. Masyarakat sekitar memiliki banyak lahan yang seharusnya dimanfaatkan untuk berladang, namun karena masyarakat kekurangan sumber air untuk mengairi lading mereka membuat masyarakat sekitar enggan untuk menggarap tanahnya yang kemudian lahannya itu dibiarkan begitu saja.


4.2. Potensi Kawasan
Kawasan ini merupakan daerah wisata yang ramai akan pengunjung dan daerah ini dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi PEMDA setempat, selain itu kawasan ini juga dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi penduduk sekitar karena sebagian besar penduduk di sekitar kawasan berprofesi sebagai nelayan. Kawasan ini memiliki hasil tangkapan ikan yang terbilang banyak dan sangat menguntungkan bagi para nelayan, kemudian di kawasan ini juga terdapat penambakan mutiara oleh para nelayan.

4.3. Masyarakat Disekitar Kawasan
Masyarakat yang ada di sekitar kawasan sebagian besar penganut agama islam, sebagian besar mata pencaharian masyarakat sekitar adalah sebagai nelayan, sebagai pedagang dan ada juga yang profesinya sebagai pencari kayu bakar untuk di jual. Jumlah penduduk yang ada di sekitar kawasan masih terbilang sedikit, ini terlihat dengan adanya jumlah perumahan yang terlihat masih jarang.

4.4. Dampak Kegiatan Pariwisata Terhadap Ekonomi
1) Dengan dijadikannya daerah ini sebagai salah satu daerah wisata di Lombok Timur menjadikan penghasilan PEMDA setempat meningkat.
2) Dengan adanya daerah wisata ini, tidak hanya pendapatan PEMDA saja yang meningkat tetapi pendapatan masyarakat setempat juga meningkat. Masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang khususnya pedagang kaki lima yang ada di sekitar kawasan barang dagangannya semakin laris, kemudian dari masyarakat yang dulunya berprofesi sebagai nelayan dan pencari kayu bakar kini beralih profesi sebagai pelayan rumah makan yang ada di daerah lokasi.

4.5. Dampak Kegiatan Pariwisata Terhadap Sosial
1) Terjadinya akuturasi budaya lokal dengan budaya asing. Daerah wisata ini memiliki jumlah pengunjung yang tidak sedikit baik wisatawan local maupun wisatawan asing, dengan adanya wistawan asing ini membuat terjadinya akuturasi budaya, misalnya dari yang awalnya masyarakat sekitar menggunakan sarung sebagai pakaian sehari-hari mereka kini sudah menggunakan pakaian layaknya para turis.
2) Merosotnya nilai-nilai kegotongroyongan masyarakat sekitar. Dengan adanya kegiatan pariwisata ini membuat penduduk menjadi egois sehingga nilai-nilai kekeluargaan antara penduduk sekitar menjadi berkurang.
3) Dengan adanya kegiatan pariwisata ini penduduk yang ada disekitar kawasan merasa terganggu dengan adanya sampah yang berserakan di sekitar halaman mereka.

4.6. Dampak Kegiatan Pariwisata Terhadap Ekologi
1) Dengan adanya kegiatan pariwisata ini membuat lingkungan di sekitar kawasan menjadi tercemar dengan adanya sampah yang berserakan dimana-mana, pemandangan di sekitar pantai menjadi kurang enak di lihat.
2) Perluasan area parkir untuk memenuhi kebutuhan akan keselamatan para pengunjung membuat pepohonan di sekitar kawasan harus di tebang, dikhawatirkan tumbuhan langka yang ada di sana akan ikut tertebang.

4.7. Dampak Kegiatan Pariwisata Terhadap pendidikan
• Dengan adanya kegiatan pariwisata ini menjadikan pendapatan masyarakat setempat menjadi meningkat sehingga masyarakat sekitar tidak akan kesulitan lagi memikirkan biaya untuk pendidikan anak-anak mereka sampai ke jenjang perguruan tinggi.










BAB V. PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat d iambi beberapa kesimpulan, diantaranya adalah :
1) Kegiatan pariwisata ini memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitar baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negative.
2) Kegiatan pariwisata ini membuat pendapatan PEMDA dan masyarakat setempat meningkat sehingga daerah wisata ini perlu di jaga kelestarian dan keindahannya untuk lebih menarik para wisatawan khususnya para wisatawan asing.
3) Kegiatan pariwisata ini juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar khususnya masalah sampah. Namun masalah ini bias dikurangi/diatasi dengan membuat peraturan dari PEMDA setempat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan peraturan ini harus bersifat keras, akan diberikan sanksi bagi para pengunjung yang melanggar peraturan ini.

1.2. Saran
Beberapa saran yang dapat disampaikan oleh penulis, diantaranya :
1) Untuk lebih terjaganya kegiatan pariwisata di Giliu Lampu ini khususnya mengenai masalah sampah, PEMDA setempat harus membuat peraturan tegas bagi para pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya.
2) Perlunya di buat suatu badan kebersihan pantai.
3) Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat setempat akan pentingnya kebersihan bagi ekologi di sekitar daerah kawasan.
LAMPIRAN

Jalan masuk menuju Gili Lampu


Suasana pantai dengan para pengunjungnya.
Perahu yang disewakan untuk para pengunjung pantai.

Nelayan sedang memancing ikan yang merupakan salah satu mata pencaharian pokok masyarakat setempat.

Kegiatan para pedagang di sekitar kawasan pantai. Areal pertambakan mutiara.

Areal parkir yang ada di sekitar kawasan.
Kegiatan para pedagang di pinggiran pantai.
Rumah makan tampak dari depan yang ada di sekitar kawasan pantai.
Kegiatan para nelayan di sekitar pantai.

Sampah dari kegiatan pariwisata
Rumah penampungan hasil tambak mutiara sementara.

Rumah penampungan hasil tambak mutiara sementara. Tampak dari dekat.
Suasana rumah penduduk yang ada di sekitar pantai.













DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Budaya Lombok. Di akses dari : http://dunialombok.com/budaya_lombok.htm

Anonim. 2008. Profil daerah Nusa tenggara barat. Di akases dari : http://karumbutribun.blogspot.com/2009/03/profil-daerah-nusa-tenggara-barat.html

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0210/21/daerah/meng25.htm
Anonim. 2007. Sekitar Tentang Lombok. Di akses dari : http://amaqeza.blogspot.com/2008/01/sekilas-tentang-lombok.html

Wikipedia. 2009. Kabupaten Lombok timur. Di akses dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lombok_Timur

Anonim. 2009. Lombok Timur. Di akses dari : http://www.lombokgilis.com/lombok-timur.htm

Anonym. 2009. Lombok Timur. Di akses dari : http://Www.Lomboktimurkab.Go.Id/?Pilih=Hal&Id=44