Total Tayangan Halaman

Jumat, 22 April 2011

makalah pengolahan proposisi majmuk


MAKALAH
PENGOLAHAN PROPOSISI MAJMUK


DI SUSUN
OLEH:
                                                                NAMA                           NIM
                             SYAIYAM MASKUR          10914A0091
                             TINTA YANTI                    10914A0076
                             UMAR                                10914A0092
                             WIDARTI                            10914A0095

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2011
KATA PENGANTAR
            Bismillahirrahmanirrahim
                        Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat  Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul pengolahan proposisi majmuk tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak yang ikut membantu dalam proses pembuatan makalah ini baik moril maupun materil. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua amin.
                                                                        Mataram 18 april 2011
                                                                                    Penulis











DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Perumusan masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. gambaran umum tentang penalaran
B. proposisi
C. proposisi kategoris
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu siang sekitar pukul dua, demikian Jenderal Sumitro menulis di dalam memoarnya seperti dikutip Tempo (1991:64), Pak Harto telah memanggilnya. Sambil memegang buku hariannya, Pak Harto berceritera tentang perasaan-perasaannya terhadap Bung Karno. Beliau berkata: “Kalau saya berbuat begini, akibatnya akan A, kalau saya tidak berbuat begini, akibatnya akan B.” Apa yang dinyatakan Jenderal Sumitro tadi telah menunjukkan dan membenarkan pendapat luas bahwa Pak Harto adalah seorang ahli strategi. Pak Harto telah menunjukkan bahwa beliau akan selalu memperhitungkan setiap kemungkinan yang akan muncul. Mendekati akhir jabatannya, beliaupun sempat berucap bahwa jika Cak Nur saja sudah berpendapat seperti ini, berarti bahwa sesuatu telah terjadi. Ceritera tentang Pak Harto ini diharapkan dapat meyakinkan kita bahwa Pak Harto telah melakukan suatu penalaran yang sangat tajam dan akurat sebelum memutuskan untuk melakukan suatu tindakan yang sudah diperhitungkannya dengan matang.Â.Jadi latar belakang penulisan makalah ini adalah agar kita mempunyai pemahaman terhadap penalaran yang kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam hal pengambilan keputusan.
     B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami tentang penalaran proposisi kategoris.Kegunaan dari makalah ini adalah dapat dijadikan sumber informasi mengenai penalaran proposisi kategoris.
C. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
1.      Gambaran umum penalaran
2.      Proposisi
3.      Proposisi kategori
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A.     Gambaran Umum Tentang Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Metode Dalam Menalar terdiri atas:
1.      Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
2.      Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

B.     Proposisi
Bentuk pemikiran kedua yang merupakan pengembangan dari konsep atau pengertian adalah proposisi. Pada saat terjadinya observasi empirik, di dalam pikiran tidak hanya terbentuk pengertian saja tetapi juga terjadi perangkaian dari term – term itu. Tidak pernah ada pengertian yang berdiri sendiri dalam pikiran. Rangkaian pengertian itulah yang disebut dengan proposisi.
Dalam proses pembentukan proposisi ini terjadi dua hal. Atau dapat dikatakan bahwa syarat terbentuknya proposisi mencakup dua hal yaitu:
1.      Ada terjadi pengertian yang menerangkan pengertian yang lain atau ada pengertian yang diingkari tentang pengertian lain.
Contoh:Lemari itu besar.
Kata besar menerangkan tentang lemari Pengertian yang menerangkan itu disebut dengan predikat. Sedangkan pengertian yang diterangkan disebut subyek. Predikat biasanya disingkat dengan P dan Subyek disingkat dengan S, dan kata itu atau fungsi menerangkan diberi tanda = maka proposisi itu dapat ditulis menjadi S=P. Hasil dari perangkaian ini adalah proposisi positif. Kalau dalam proses perangkaian itu terjadi pengingkaran maka proposisi yang terbentuk menjadi S=P. Hasilnya adalah proposisi negatif.
Di sinilah keunikan kalimat dalam logika dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Jika dalam bahasa Indonesia kita mengenal ada subyek, predikat, objek bahkan keterangan, di dalam logika tidak. Yang ada di dalam logika sepanjang apapun kalimat itu yang ada hanyalah subyek dan predikat. Ini adalah konsekuensi dari syarat terbentuknya proposisi yang sedang kita bicarakan ini.
2.      Proses pembentukan yang kedua adalah jika terjadi pembentukan proposisi sekaligus terjadi pengakuan bahwa lemari itu memang besar adanya atau bahwa lemari itu tidak besar. Maka tampak di sini bahwa dalam proposisi mengandung benar dan salah sementara dalam pengertian tidak. Yang dinyatakan dalam proposisi tersebut adalah fakta yaitu pengamatan yang dapat diverifikasi atau diuji kecocokannya secara empirik dengan menggunakan indera.

C. Proposisi Kategoris
Proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat. Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subyek, satu term predikat, satu kopula dan satu quantifier. Subyek, sebagaimana kita ketahui, adalah term yang men¬jadi pokok pembicaraan. Predikat adalah term yang menerangkan subyek. Kopula adalah kata yang menyatakan hubungan antara term subyek dan term predikat. Quantifier adalah kata yang menun¬jukkan banyaknya satuan yang diikat oleh term subyek.
Quant(fier ada kalanya menunjuk kepada permasalahan uni¬versal, seperti kata: seluruh, semua, segenap, setiap, tidak satu pun; ada kalanya menunjuk kepada permasalahan partikular, seperti: sebagian, kebanyakan, beberapa, tidak semua, sebagian besar, hampir seluruh, rata-rata, [salah] seorang di antara ...; [salah] sebuah di antara ...; ada kalanya menunjuk kepada permasalahan singular, tetapi untuk permasalahan singular biasa¬nya quant(fier tidak dinyatakan. Apabila quantifler suatu proposisi menunjuk kepada perma¬salahan universal maka proposisi itu disebut proposisi universal; apabila menunjuk kepada permasalahan partikular disebut propo¬sisi partikular, dan apabila menunjuk kepada permasaiahan singular, disebut proposisi singular.
Perlu diketahui, meskipun dalam suatu proposisi tidak dinyatakan quantifier-nya tidak berarti subyek dari proposisi tersebut tidak mengandung pengertian banyaknya satuan yang diikatnya. Dalam keadaan apapun subyek selalu mengandung jumlah satuan yang diikat. Lalu bagaimana menentukan kuantitas dari proposisi yang tidak dinyatakan quantifier-nya. Kita dapat mengetahui lewat hubungan pengertian antara subyek dan predi¬katnya.
Kopula, adalah kata yang mene¬gaskan hubungan term subyek dan term predikat baik hubungan mengiakan maupun hubungan mengingkari. Bila ia berupa ‘ada¬lah’ berarti mengiakan dan bila berupa ‘tidak, bukan atau tak’ berarti mengingkari. Kopula menentukan kualitas proposisinya. Bila ia mengia¬ kan, proposisinya disebut proposisi positif dan bila mengingkari disebut proposisi negatif. Kopula dalam proposisi positif kadang-kadang dinyatakan dan kadang-kadang tidak (tersembunyi). Kopula pada proposisi negatif tidak rnungkin disembunyi¬kan, karena bila demikian berarti mengiakan hubungan antara term subyek dan predikatnya.
Dengan quantifier dapat kita ketahui kuantitas proposisi tertentu, apakah universal, partikular ataukah singular, dan de¬ngan kopula bisa kita ketahui kualitas proposisi itu apakah positif ataukah negatif. Dari kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka kita kenal enam macam proposisi, yaitu: a. Universal positif, b. Partikular positif, c. Singular positif, d. Universal negatif, e. Partikular negatif, f. Singular negatif,
Proposisi universal positif, kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan, dalarn Logika dilam¬bangkan dengan huruf A. Proposisi partikular positif kopula mengakui hubungan subyek dan predikat sebagian saja dilam¬hangkan dengan huruf I. Proposisi singular positif karena kopula¬nya mengakui hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan maka juga dilambangkan dengan huruf A. Huruf Adan I masing masing sebagai lambang proposisi universal positif dan partikular positif diambil dari dua huruf hidup pertama kata Latin Affirmo yang berarti mengakui.
Proposisi universal negatif kopulanya mengingkari hubung¬an subyek dan predikatnya secara keseluruhan, dalam Logika dilambangkan dengan huruf E. Proposisi partikular negatif kopu¬Ianya mengingkari hubungan subyek dan predikat sebagian saja, dilambangkan dengan huruf O.
Proposisi singular negatif karena kopulanya mengingkari hubungan subyek dan predikat secara keseluruhan, juga dilambangkan dengan huruf E. Huruf E dan 0 yang dipakai sebagai lambang tersebut diambil dari huruf hidup dalam kata nEgO, bahasa Latin yang berarti menolak atau meng¬ingkari.
Dengan pembahasan di atas maka kita mengenal lambang, permasalahan dan rumus proposisi sebagai berikut:
Lambang Permasalahan Rumus A Universal positif Semua S adalah P I Partikular positif Sebagian S adalah P E Universal negatif Semua S bukan P 0 Partikular negatif Sebagian S bukan P. Dalam menentukan apakah suatu proposisi itu positif atau negatif, kita tidak boleh semata-mata berdasarkan ada tidaknya indikator negatifnya, yaitu: tak, tidak atau bukan. Indikator itu menentukan negatifnya suatu proposisi apabila ia berkedudukan sebagai kopula. Bila indikator tidak berkedudukan sebagai kopula proposisi Itu adalah positif.




BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1.      Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
2.      Bentuk pemikiran kedua yang merupakan pengembangan dari konsep atau pengertian adalah proposisi.
3.      Proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat. Proposisi kategorik yang paling sederhana terdiri dari satu term subyek, satu term predikat, satu kopula dan satu quantifier
4.      Dari kombinasi antara kuantitas dan kualitas proposisi maka kita kenal enam macam proposisi, yaitu: a. Universal positif, b. Partikular positif, c. Singular positif, d. Universal negatif, e. Partikular negatif, f. Singular negatif,

B.Saran
Akhirnya, pemakalah mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu didalam menyelesaikan makalah kami ini. Disamping itu, kritik dan saran dari mahasiswa serta dosen pengampu dan para pembaca sangat kami harapkan, demi kebaikan kita bersama terutama bagi pemakalah.





DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
http://id.wikipedia.org/wiki/Bentuk_bentuk_pemikiran_manusia
http://prabu.telkom.us/2007/08/29/penalaran-atau-reasoning/

logika 3


Logika Bag 3
Proposisi Hipotetik
Proposisi majemuk adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan 2 bagian yang dapat dinilai benar atau salah. Proposisi majemuk ada tiga macam, yaitu proposisi hipotetik, proposisi disjungtif, dan proposisi konjungtif.
Proposisi yang mengandung pangkal duga disebut dengan proposisi hipotetik, yaitu suatu pernyataan yang mempunyai hubungan ketergantungan antara 2 bagian, yang pertama sebagai anteseden dan kedua sebagai konsekuen. Hubungan ketergantungan dalam proposisi hipotetik dapat berupa kesetaraan, persyaratan atau kemungkinan, yang mewujudkan tiga macam proposisi hipotetik: proposisi ekuivalen; proposisi implikatif, dan proposisi problematik.
Proposisi ekuivalen merupakan pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan kesetaraan antara anteseden dan konsekuen. Berdasarkan hubungan ketergantungan kesetaraan atau hubungan timbal-balik, proposisi ekuivalen dapat dibedakan atas tiga macam: ekuivalen kausalitas, ekuivalen definisional, ekuivalen analitik. Ekuivalen kausalitas ialah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan kesetaraan berupa sebab-akibat. Ekuivalen definisional adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan kesetaraan berupa pembatasan arti. Ekuivalen analitik adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan kesetaraan berbentuk penguraian arti.
Proposisi implikatif merupakan pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan persyaratan antara anteseden dan konsekuen. Berdasarkan hubungan ketergantungan persyaratan, proposisi implikatif dapat dibedakan atas dua macam: implikasi logik dan implikasi material. Implikasi logik disebut juga implikasi imperatif adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan persyaratan atas dasar pertimbangan akal yang mengharuskan konsekuen terjadi dengan terpenuhinya anteseden. Implikasi material adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan persyaratan atas dasar isi yang dikandungnya dengan menetapkan konsekuen pasti terjadi jika terpenuhi adanya anteseden.
Proposisi problematik adalah suatu pernyataan yang hubungan ketergantungannya bersifat kemungkinan antara anteseden dan konsekuen, dalam arti anteseden terjadi belum tentu menyebabkan konsekuen, demikian juga konsekuen terjadi belum tentu dikarenakan adanya anteseden, jadi hubungannya bersifat tidak pasti, mungkin ada hubungan mungkin juga tidak.

Proposisi Disjungtif
Proposisi disjungtif merupakan bagian dari proposisi majemuk yang mempunyai hubungan pengatauan antara dua bagian yang keduanya sebagai pilihan (disjunct). Kedua pilihan dalam disjungsi karena sama kedudukannya sehingga dapat dibalik dan tidak mempengaruhi makna yang dikandungnya. Berdasarkan hubungan pengatauannya, disjungsi dibedakan atas empat macam, yaitu disjungsi eksklusif, disjungsi inklusif, disjungsi alternatif, disjungsi kolektif. Di antara empat macam ini disjungsi kolektif tidak digunakan dalam penalaran.
Disjungsi eksklusif merupakan pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan pengatauan yang saling menyisihkan antara dua bagian, yakni antara bagian pertama dan bagian kedua tidak dapat bersatu, tetapi ada kemungkinan ketiga. Faedah praktis disjungsi eksklusif adalah sebagai konsekuen dari bentuk rumusan implikasi logik atau implikasi imperatif.
Disjungsi inklusif adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan pengatauan dapat merangkum antara dua bagian, yakni bagian pertama dan bagian kedua dapat bersatu sebagai perpaduan dan tidak ada kemungkinan ketiga. Faedah praktis disjungsi inklusif adalah sebagai anteseden dari bentuk rumusan implikasi logik atau implikasi imperatif. Disjungsi inklusif dalam bidang hukum hanya sebagai anteseden, jarang sekali sebagai konsekuen. Pengolahan disjungsi inklusif sebagai anteseden, dalam bahasa biasa dapat menggunakan tiga cara atau tiga bentuk rumusan, yaitu kedua bagian disjungsi dirumuskan sebelum konsekuen, dapat juga sesudah konsekuen atau dipisahkan. Dari 3 bentuk tersebut rumusan simboliknya tetap satu bentuk, yaitu kedua antesedennya di muka sebelum konsekuen.
Disjungsi alternatif adalah pernyataan majemuk yang mempunyai hubungan pengatauan yang berlawanan penuh antara 2 bagian, yakni antara bagian pertama dan bagian kedua tidak dapat bersatu dan tidak ada kemungkinan ketiga. Disjungsi alternatif sering juga disebut dengan disjungsi kontradiktif karena kedua bagiannya berlawanan penuh atau kontradiksi, yang satu merupakan kebalikan yang lain.
Proposisi Konjungtif
Proposisi konjungtif yang merupakan bagian dari proposisi majemuk didefinisikan sebagai pernyataan yang mempunyai hubungan penyertaan 2 bagian sebagai unsurnya. Dua bagian dalam konjungsi ialah bagian pertama atau penyerta pertama dan bagian kedua atau penyerta kedua yang kedudukannya sama. Hubungan penyertaan dalam proposisi konjungtif ialah pengungkapan pernyataan untuk menyebutkan dua unsur atau penyertanya secara bersamaan dan berkedudukan sama. Proposisi konjungtif atau konjungsi jika dianalisis berdasarkan bentuk hubungan penyertanya, dapat dibedakan dua macam, yaitu konjungsi disjungtif dan konjungsi predikatif.
Konjungsi disjungtif adalah pernyataan yang mempunyai hubungan penyertaan dua bagian yang keduanya dapat dikembalikan dalam bentuk pengatauan. Hubungan penyertaan dalam konjungsi disjungtif adalah penyebutan 2 unsur atau penyertanya itu berpangkal pada suatu himpunan semestanya menuju himpunan bagian yang merupakan unsurnya, yang dibedakan atas 3 macam, yaitu konjungsi eksklusif, konjungsi inklusif, konjungsi alternatif.
  1. Konjungsi eksklusif merupakan pernyataan dengan hubungan penyertaan yang kedua bagiannya tidak dapat bersatu tetapi ada kemungkinan ketiga.
  2. Konjungsi inklusif merupakan pernyataan dengan hubungan penyertaan yang kedua bagiannya dapat bersatu tetapi tidak ada kemungkinan ketiga.
  3. Konjungsi alternatif merupakan pernyataan dengan hubungan penyertaan yang kedua bagiannya tidak dapat bersatu dan tidak ada kemungkinan ketiga.
Konjungsi predikatif adalah pernyataan yang mempunyai hubungan penyertaan berbentuk penyatuan antara dua bagian, dalam arti bagian pertama dan bagian kedua merupakan suatu sebutan. Konjungsi predikatif inilah yang merupakan pokok proposisi konjungtif. Dua bagian sebagai unsur atau penyertanya ini harus ada kedua-duanya, tidak boleh salah satu ditiadakan atau diingkari. Pengingkaran salah satu unsurnya berarti pengingkaran konjungsi itu karena keduanya bersatu sebagai suatu predikat.
SISTEM NILAI KEBENARAN
Tabel Nilai Kebenaran
Pernyataan dalam logika dapat dinilai benar atau salah, dinilai benar jika sesuai dengan hal yang dikandungnya, dalam arti sesuai dengan objek yang dituju atau sesuai dengan rumusan hasil persetujuan bersama, dan dinilai salah jika tidak sesuai dengan hal yang dikandungnya, dalam arti tidak sesuai dengan objek yang dituju atau tidak sesuai dengan rumusan hasil persetujuan bersama. Penilaian dalam pernyataan ini, benar atau salah, disebut dengan nilai kebenaran, yaitu meliputi 2 pengertian untuk menunjukkan kebenaran atau ketidakbenaran suatu pernyataan, benar atau salah.
Jika setiap pernyataan tunggal mempunyai dua kemungkinan nilai logiknya maka pernyataan majemuk yang terdiri atas dua pernyataan tunggal atau dua komponen ada empat kemungkinan nilainya, yang terdiri atas tiga komponen ada delapan kemungkinan nilai logiknya demikian seterusnya mengikuti prinsip 21 untuk satu pernyataan tunggal, 22 untuk dua pernyataan tunggal, 23 untuk tiga pernyataan tunggal, 24 untuk empat pernyataan tunggal, dan seterusnya.
Pengingkaran atau negasi dari suatu pernyataan jika pernyataan semula dinilai benar maka pernyataan sebagai ingkarannya dinilai salah. Pernyataan tunggal p ingkarannya adalah -p (non p), dan pernyataan (p q) ingkarannya adalah -(p q) dibaca (non (p dan q)). Dalam pernyataan tunggal p, misalnya dinilai 1 maka -p berarti 0, dan sebaliknya p, misalnya dinilai 0 maka p berarti 1. Dengan demikian, negasi dapat dirumuskan sebagai ingkaran dari suatu pernyataan bernilai benar jika pernyataan semula salah, dan benilai salah jika pernyataan semula benar.
Pernyataan tunggal p ingkarannya adalah -p, yang kemudian dapat diingkari lagi, demikian seterusnya sehingga terwujud ingkaran rangkap yang dapat disusun dalam bentuk suatu kaidah yang disebut dengan kaidah dobel negasi, yaitu “p adalah ekuivalen dengan non non p”, “non p adalah ekuivalen dengan non non non p atau non p”.
Penalaran Hipotetik
Proposisi ekuivalen baik ekuivalen kausalitas, ekuivalen definisional, maupun ekuivalen analitik adalah sama yang sering disebut dengan bi-implikasi atau bikondisional, dirumuskan secara simbolik (p Û q) jika hanya p maka q atau jika p maka q dan jika q maka p, adapun nilai kebenarannya diuraikan sebagai pernyataan ekuivalen dinilai benar jika kedua komponennya atau kedua pernyataan tunggalnya, yaitu anteseden dan konsekuen bernilai sama (sama-sama benar atau sama-sama salah). Diagram himpunan untuk membuktikan nilai kebenaran ekuivalen dapat dinyatakan jika nilai kebenaran dapat ditentukan dalam diagram, itulah yang benar dan jika tidak dapat, berarti salah. Pada diagram ekuivalen luas pengertian sebagai anteseden dan konsekuen adalah sama.
Proposisi implikatif baik yang berupa implikasi logik maupun implikasi material yang keduanya dirumuskan (p Þ q) jika p maka q, tetapi q belum tentu p. Rumusan ini cukup disebut dengan implikasi saja atau sering juga dengan kondisional. Dalam implikasi satu-satunya kesalahan adalah jika anteseden diakui benar dan konsekuen salah. Dalam diagram himpunan implikasi, luas pengertian antara anteseden dan konsekuen yang dikandungnya tidak sama. Cakupan pengertian konsekuen lebih luas jika dibandingkan dengan cakupan pengertian anteseden. Jika dapat digambarkan dinilai benar dan jika tidak mungkin dapat digambarkan dinilai salah.
Penalaran dalam bentuk penyimpulan langsung dengan satu pangkal pikir dan kesimpulan disebut dengan istilah “eduksi”. Ada tiga macam penyimpulan eduksi,yaitu konversi, inversi, dan kontraposisi. Konversi merupakan bentuk penyimpulan dengan cara menukar kedudukan dua bagian sebagai anteseden dan konsekuen yang kesimpulannya disebut konvers. Inversi merupakan bentuk penyimpulan dengan cara menegasikan kedua bagian sebagai anteseden dan konsekuen yang kesimpulannya disebut invers. Kontraposisi merupakan bentuk penyimpulan dengan cara menukar kedudukan kedua bagian serta menegasikannya dan kesimpulannya disebut kontrapositif.
Proposisi implikatif atau implikasi jika dikontraposisikan mempunyai hubungan yang saling menyimpulkan secara ekuivalen, tetapi jika dikonversikan atau diinversikan tidak dapat saling menyimpulkan, dua kemungkinan nilai logiknya bahkan bertentangan, yakni dalam keadaan anteseden dan konsekuen nilainya tidak sama. Dengan demikian, kontrapositif dari implikasi adalah tepat, tetapi konversi dan inversi dari implikasi tidak tepat.
Suatu penyimpulan baik langsung maupun tidak langsung untuk penalaran majemuk dapat dibuktikan ketepatannya dengan nilai kebenaran, di samping dengan diagram himpunan, yang dapat ditentukan menjadi tiga macam, yaitu tautologi, kontradiksi, dan kontingensi. Penalaran dinyatakan sebagai suatu tautologi jika hasil terakhir benar semua, dalam arti semua kemungkinan bentuk logiknya benar. Penalaran dinyatakan sebagai suatu kontradiksi jika hasil terakhir salah semua, dalam arti semua kemungkinan bentuk logiknya salah. Penalaran dinyatakan sebagai suatu kontingensi jika hasil terakhir ada yang benar dan ada yang salah, dalam arti tidak tentu nilainya.

logika


Logika bag 2
Unsusr Dasar Proposisi
Proposisi kategorik adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan 2 term sebagai subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah. Hubungan ini berbentuk pengiyaan atau pengingkaran. Proposisi kategorik terdiri atas empat unsur, dua di antaranya merupakan materi pokok proposisi, sedang 2 yang lain sebagai hal yang menyertainya. Empat unsur yang dimaksudkan adalah term sebagai subjek, term sebagai predikat, kopula, dan kuantor.
Term sebagai subjek adalah hal yang diterangkan dalam proposisi, term sebagai predikat adalah hal yang menerangkan dalam proposisi. Kedua unsur sebagai subjek dan predikat inilah yang merupakan materi pokok proposisi kategorik. Kopula merupakan hal yang mengungkapkan adanya hubungan antara subjek dan predikat, dan kuantor merupakan pembilang yang menunjukkan lingkungan yang dimaksudkan oleh subjek.
Proposisi dalam logika dapat benar dapat juga salah, tidak dapat dinilai kedua-duanya. Dalam arti tidak dapat setengah benar atau setengah salah. Jika benar ya benar jika salah ya salah sehingga tegas perbedaan antara keduanya.
Benar salahnya suatu proposisi dihubungkan dengan hal yang dibicarakannya. Jika yang dibicarakan tentang benda-benda alamiah maka kebenarannya adalah harus sesuai dengan kenyataannya (mengikut teori korespondens), dan jika yang dibicarakan hal atas dasar persetujuan bersama maka kebenarannya harus sesuai dengan hasil persetujuan tersebut (mengikuti teori koherensi). Jadi, benar salahnya suatu proposisi itu dihubungkan dengan isinya.
Term sebagai subjek berhubungan dengan kuantitas proposisi. Subjek dibedakan antara subjek universal dan subjek partikular. Subjek universal adalah mencakup semua yang dimaksud oleh subjek, subjek partikular adalah hanya mencakup sebagian dari keseluruhan yang disebutkan oleh subjek. Subjek universal dalam pernyataan simbolik disertai dengan kuantor universal, dan subjek partikular dalam pernyataan simbolik disertai dengan kuantor eksistensial.
Term sebagai predikat selalu berhubungan dengan isinya, dan merupakan kualitas proposisi, yang dibedakan antara predikat afirmatif dan predikat negatif. Predikat afirmatif adalah sifat mengiyakan adanya hubungan predikat dengan subjek, predikat negatif adalah sifat mengingkari adanya hubungan predikat dengan subjek atau sifat meniadakan hubungan subjek dengan predikat.

Empat Macam Proposisi
Proposisi kategorik merupakan pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai subjek dan predikat, dan secara sederhana dibedakan atas empat macam, yaitu: proposisi universal afirmatif, proposisi universal negatif, proposisi partikular afirmatif, dan proposisi partikular negatif. Dari empat macam proposisi kategorik berdasarkan denotasi atau luas term yang dihubungkan, dapat dibedakan menjadi tujuh macam proposisi kategorik.
Proposisi universal afirmatif ialah pernyataan bersifat umum yang mengiyakan adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan berikut ini. “Semua S adalah P”. Proposisi universal afirmatif, berdasarkan perbandingan luas term, dapat dibedakan atas dua macam: universal afirmatif ekuivalen dan universal afirmatif implikasi.
  1. Proposisi universal afirmatif ekuivalen ialah pernyataan umum X mengiyakan yang antara subjek dan predikat merupakan suatu persamaan, yakni semua anggota subjek adalah anggota predikat dan semua anggota predikat adalah anggota subjek, misal: Semua manusia berbudaya.
  2. Proposisi universal afirmatif implikasi ialah pernyataan umum mengiyakan yang semua subjek merupakan bagian dari predikat, yakni semua anggota subjek menjadi himpunan bagian dari predikat, misal: Setiap warga negara Indonesia ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Proposisi universal negatif ialah pernyataan bersifat umum yang mengingkari adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “semua S bukan P”. Proposisi universal negatif berdasarkan perbandingan luas term, hanya ada satu bentuk, yaitu berbentuk eksklusif sehingga lengkapnya disebut universal negatif eksklusif, yaitu pernyataan umum mengingkari yang berarti antara subjek dan predikat tidak ada hubungan, misalnya semua rakyat Indonesia tidak mengikuti ajaran komunis.
Proposisi partikular afirmatif ialah pernyataan bersifat khusus yang mengiyakan adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “sebagian S adalah P”. Proposisi partikular afirmatif berdasarkan perbandingan luas term, dapat dibedakan atas dua macam: partikular afirmatif inklusif dan partikular afirmatif implikasi.
  1. Proposisi partikular afirmatif inklusif ialah pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian subjek merupakan bagian dari predikat, yakni ada anggota subjek yang menjadi bagian predikat dan ada anggota predikat yang menjadi bagian subjek, misal: Sebagian rakyat Indonesia adalah keturunan asing.
  2. Proposisi partikular afirmatif implikasi ialah pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian dari subjek merupakan suatu predikat, yakni ada sebagian anggota subjek yang menjadi himpunan predikat, misal: Sebagian rakyat Indonesia adalah warga Partai Demokrasi Indonesia.
Proposisi partikular negatif ialah pernyataan bersifat khusus yang mengingkari adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “sebagian S bukan P”. Proposisi partikular negatif berdasarkan perbandingan luas term terdapat dibedakan atas dua macam: partikular negatif inklusif dan partikular negatif implikasi.
  1. Proposisi partikular negatif inklusif ialah pernyataan khusus mengingkari yang sebagian subjek tidak merupakan bagian dari predikat, yakni ada sebagian subjek yang tidak termasuk predikat dan ada sebagian predikat yang tidak termasuk subjek, misalnya Sebagian Sarjana Hukum bukan ahli politik.
  2. Proposisi partikular negatif implikasi ialah pernyataan khusus mengingkari yang sebagian dari subjek tidak merupakan suatu predikat, yakni ada sebagian subjek yang bukan anggota predikat dan semua anggota predikat merupakan bagian dari subjek, misalnya Sebagian manusia bukan bangsa Indonesia.

Proposisi Kategorik dan Tunggal
Proposisi tunggal dalam penalaran kategogik erat hubungannya dengan proposisi kategorik, didefinisikan “pernyataan yang terdiri atas satu term sebagai predikat sesuatu yang dapat dinilai benar atau salah”. Berdasarkan definisi ini maka subjek dari proposisi tersebut bukanlah suatu term atau konsep karena tidak merupakan suatu himpunan. Dan perbedaan pokok dengan proposisi kategorik adalah, dalam proposisi tunggal subjeknya bukan suatu term karena dianggap sudah jelas, sedang proposisi kategorik subjeknya adalah suatu term yang cirinya dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sebagai denotasinya.
Proposisi tunggal dapat bermula dari proposisi kategorik yang sudah jelas subjeknya, kemudian hanya dinyatakan predikatnya saja. Dan dapat juga proposisi tunggal dari bentuk proposisi kategorik yang kedua term sebagai subjek dan predikatnya dijadikan satu kesatuan sebagai predikat. Proposisi tunggal berdasarkan kuantitas dan kualitasnya dapat dibedakan atas 4 macam sebagai berikut.
  1. Proposisi universal afirrnatif, dirumuskan: œx.Px, “semua adalah P”.
  2. Proposisi universal negatif, dirumuskan: œx.-Px, “semua bukan P”.
  3. Proposisi partikular afirmatif, dirumuskan: ›x.Px, “ada yang P”.
  4. Proposisi partikular negatif, dirumuskan: ›x.-Px, “ada yang bukan P”.
Penalaran kategorik pada dasarnya dibedakan atas 3 macam, yaitu penalaran dalam bentuk pertentangan, penalaran dalam bentuk persamaan, dan penalaran dalam bentuk penyimpulan. Dalam 3 bentuk penalaran tersebut proposisi yang sebagai pangkal-pikir tidak sama tergantung dari bentuk penalarannya. Proposisi tunggal untuk penalaran oposisi sederhana, proposisi kategorik dengan dasar kuantor yang dibedakan empat macam untuk penalaran oposisi kompleks dan juga digunakan dalam bentuk penalaran negasi kontradiksi, dan proposisi kategorik berhimpunan yang dibedakan atas tujuh macam menjadi pangkal-pikir untuk edukasi dan juga silogisme kategorik.
Oposisi sederhana adalah perlawanan dua pernyataan tunggal yang berbeda kuantitas atau kualitasnya atau berbeda kedua-duanya. Oposisi kompleks merupakan perlawanan 2 pernyataan kategorik yang berbeda kuantitas atau kualitasnya atau berbeda kedua-duanya. Negasi kontradiksi merupakan kaidah pengingkaran salah satu dari 2 pernyataan yang berbeda kuantitas dan kualitasnya. Eduksi merupakan penyimpulan langsung dari suatu proposisi ke proposisi lain dengan pengolahan term yang sama. Silogisme kategorik adalah bentuk penyimpulan tidak langsung atas dasar hubungan dua pernyataan di dalamnya terkandung adanya term pembanding yang mewujudkan proposisi lain sebagai kesimpulannya.

PENYIMPULAN LANGSUNG
Penalaran Oposisi
Oposisi merupakan pertentangan antara 2 pernyataan atas dasar pengolahan term yang sama. Oposisi dalam logika dibedakan atas dua macam, yaitu oposisi satu term atau oposisi sederhana atau juga disebut dengan oposisi simpel, dan oposisi dua term atau oposisi kompleks.
Oposisi simpel merupakan hubungan logik dua pernyataan tunggal atas dasar term yang sama, tetapi berbeda kualitas atau kuantitas atau berbeda kedua-duanya. Oposisi simpel dibedakan atas empat macam, yaitu oposisi kontrarik, oposisi subkontrarik, oposisi kontradiktorik, dan oposisi subalternasi.
  1. Oposisi kontrarik ialah pertentangan dua pernyataan universal atas dasar satu term yang sama, tetapi berbeda kualitasnya.
  2. Oposisi subkontrarik ialah pertentangan dua pernyataan partikular atas dasar satu term yang sama, tetapi berbeda kualitasnya.
  3. Oposisi kontradiktorik ialah pertentangan antara dua pernyataan atas dasar term yang sama, tetapi berbeda dalam kuantitas dan kualitasnya.
  4. Oposisi subalternasi ialah pertentangan antara dua pernyataan atas dasar satu term yang sama dan berkualitas sama, tetapi berbeda dalam kuantitasnya. Subalternasi ada dua macam: subimplikasi dan superimplikasi.
    1. Subimplikasi ialah hubungan logik pernyataan partikular terhadap pernyataan universal atas dasar term yang sama serta kualitas sama.
    2. Superimplikasi ialah hubungan logik pernyataan universal terhadap pernyataan partikular atas dasar term yang sama serta kualitas sama.
Oposisi kompleks merupakan hubungan logik 2 pernyataan atas dasar 2 term yang sama sebagai subjek dan predikat, yang secara singkat dirumuskan: perlawanan dua proposisi kategorik atas dasar term yang sama yang berbeda kuantitas atau kualitasnya atau berbeda kedua-duanya. Oposisi komplek sdibedakan atas 3 macam, yakni oposisi paralel, oposisi kontradiktorik, dan oposisi eksklusif. Dinyatakan oposisi paralel karena proposisi yang satu sejajar dan mengandaikan adanya proposisi yang lain, sedang dinamakan oposisi kontradiktorik karena antara proposisi satu dengan yang lainnya saling bertentangan penuh, dan dinamakan oposisi eksklusif karena antara 2 proposisi yang bertentangan itu saling menyisihkan.
  1. Oposisi paralel merupakan hubungan dua pernyataan partikular dengan dua term yang sama tetapi berbeda dalam kualitasnya.
  2. Oposisi kontradiktorik merupakan pertentangan dua pernyataan dengan dasar term yang sama namun berbeda kuantitas maupun kualitasnya, yang sering disebut juga kontradiksi.
  3. Oposisi eksklusif merupakan pertentangan dua pernyataan universal kategorik yang berbeda kualitas atau pertentangan dua pernyataan yang berkualitas sama, tetapi berbeda kuantitasnya dengan term-term yang sama.
Berdasarkan oposisi kompleks ada 2a penyimpulan yang dapat dirumuskan, yaitu penyimpulan bentuk negasi kontradiksi dan penyimpulan implikasi:
  1. Negasi kontradiksi, yaitu 2 pernyataan yang kontradiksi jika salah satu diingkari akan mewujudkan suatu persamaan arti, hal ini menjadi suatu kaidah.
  2. Penyimpulan implikasi jika suatu keseluruhan mempunyai sifat tertentu maka bagian dari keseluruhan itu juga mempunyai sifat tersebut, dan jika mengingkari maka bagiannya pun mengingkari.

Penalaran Edukasi
Eduksi merupakan penyimpulan langsung dari suatu proposisi ke proposisi lain dengan pengolahan term yang sama. Pengolahan term dalam eduksi dapat juga berbentuk penukaran kedudukan term atau berbentuk menegasikan term atau juga gabungan keduanya. Penalaran eduksi ini secara sederhana ada 3 macam, yaitu konversi, inversi, dan kontraposisi. Proposisi yang sebagai pangkal-pikirnya adalah tujuh macam proposisi berhimpunan yang merupakan penjabaran dari empat macam proposisi kategorik, yakni universal afirmatif ekuivalen, universal afirmatif implikasi, universal negatif eksklusif, partikular afirmatif inklusif, partikular afirmatif implikasi, partikular negatif inklusif, dan partikular negatif implikasi.
Konversi merupakan penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subjek dan predikat dari suatu proposisi tanpa mengubah makna yang dikandungnya. Menukar kedudukan yang dimaksud di sini ialah, term sebagai subjek dalam premis menjadi predikat dalam kesimpulan, dan sebaliknya term sebagai predikat dalam premis menjadi subjek dalam kesimpulan. Penyimpulan bentuk konversi kuantitas proposisi ada yang sama dan ada yang berubah atau dengan kata lain konversi sama kuantitas dan konversi beda kuantitas.
Inversi merupakan penyimpulan langsung dengan cara menegaskan subjek dan predikat pada suatu proposisi. Inversi ini ada 2 macam, inversi penuh dan inversi sebagian. Inversi penuh, yaitu mengasikan subjek dan predikat dari proposisi semula. Inversi sebagian, yaitu menegasikan subjek dan menetapkan predikat dari proposisi semula.
Kontraposisi merupakan penyimpulan langsung dengan cara menukar kedudukan subjek dan predikat serta menegasikannya. Kontraposisi juga ada dua macam, sama seperti inversi, yakni kontraposisi penuh dan kontraposisi sebagian. Kontraposisi penuh ialah menukar kedudukan subjek dan predikat serta menegaskan keduanya dari proposisi semula. Kontraposisi sebagian ialah menukar kedudukan subjek dan predikat serta hanya menegasikan predikat proposisi semula menjadi subjek dalam kesimpulan.
SILOGISME KATEGORIK
Prinsip-prinsip Penyimpulan
Penyimpulan tidak langsung, struktur penalarannya diwujudkan dalam bentuk silogisme, yaitu yang secara umum diartikan dengan susunan pikir. Silogisme merupakan salah satu bentuk penyimpulan deduktif yang sering digunakan, baik dalam kehidupan sehari-hari dalam suatu perbincangan maupun dalam bentuk penelitian-penelitian ilmiah. Khusus silogisme kategorik sebagai salah satu bentuk penyimpulan tidak langsung dirumuskan sebagai “Suatu bentuk penyimpulan berdasarkan perbandingan dua proposisi yang di dalamnya terkandung adanya term pembanding dan yang dapat melahirkan proposisi lain sebagai kesimpulannya.
Dalam penyimpulan bentuk silogisme kategorik ada tujuh prinsip yang harus diikuti, 3 prinsip atas dasar konotasi term, dan 4 prinsip atas dasar denotasi term, yaitu berikut ini.
  1. Hukum pertama. Dua hal yang sama, apabila yang satu diketahui sama dengan hal ketiga maka yang lain pun pasti sama.
  2. Hukum kedua. Dua hal yang sama, apabila sebagian yang satu termasuk dalam hal ketiga maka sebagian yang lain pun termasuk di dalamnya.
  3. Hukum ketiga. Antara 2 hal, apabila yang satu sama dan yang lain berbeda dengan hal ketiga maka dua hal itu berbeda.
  4. Hukum keempat: Jika sesuatu diakui sebagai sifat sama dengan keseluruhan maka diakui pula sebagai sifat oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
  5. Hukum kelima. Jika sesuatu diakui sebagai sifat sama dengan bagian dari suatu keseluruhan maka diakui pula sebagai bagian dari keseluruhan itu.
  6. Hukum keenam. Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yang meliputi keseluruhan maka diakui pula sebagai bagian dari keseluruhan itu.
  7. Hukum ketujuh. Apabila sesuatu hal yang tidak diakui oleh keseluruhan maka tidak diakui pula oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu.
Metode lain untuk menentukan sah tidaknya kesimpulan dalam silogisme, selain menggunakan tujuh prinsip tersebut dapat dirumuskan suatu cara untuk menentukan kepastian kesimpulan dari suatu silogisme dalam diagram himpunan hanya satu bentuk”. Satu bentuk yang dimaksudkan di sini adalah satu bentuk logik. Prinsip penyimpulan praktis ini dapat juga dinyatakan bentuk kontrapositifnya sebagai berikut: “Suatu silogisme jika dilukiskan dalam diagram himpunan lebih satu bentuk maka kesimpulannya tidak pasti”.
Silogisme Beraturan
Silogisme kategorik adalah suatu bentuk penyimpulan berdasarkan perbandingan dua proposisi yang di dalamnya terkandung adanya term pembanding dan yang dapat melahirkan proposisi lain sebagai kesimpulannya. Dirumuskan juga: penalaran berbentuk hubungan 2 proposisi kategorik yagn terdiri atas tiga term sehingga melahirkan proposisi ketiga sebagai kesimpulannya. Dalam definisi di atas jelaslah bahwa silogisme kategorik harus terdiri atas 3 term, hal ini merupakan suatu prinsip sehingga silogismenya disebut dengan silogisme beraturan. Jadi silogisme beraturan adalah hanya terdiri atas tiga term.
Dengan memperhatikan kedudukan term pembanding, dalam premis pertama maupun dalam premis kedua maka silogisme kategorik dapat dibedakan antara empat bentuk atau empat pola, yaitu berikut ini.
  1. Silogisme Sub-Pre: Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai subjek dan dalam premis kedua sebagai predikat.
  2. Silogisme Bis-Pre: Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi predikat dalam kedua premis.
  3. Silogisme Bis-Sub: Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi subjek dalam kedua premis.
  4. Silogisme Pre-Sub: Suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai predikat dan dalam premis kedua sebagai subjek.
Dalam membandingkan 2 proposisi kategorik yang sebagai premis silogisme, proposisi pertama dapat bergantian antara 5 macam sebagaimana yang telah dibicarakan di atas, dibandingkan dengan proposisi kedua yang bergantian juga antara lima macam maka tiap satu bentuk silogisme kategorik ada 5 ´ 5 macam, yaitu ada 25 macam silogisme, tetapi secara terperinci sebenarnya ada 7 ´ 7 berarti tiap bentuk ada 49 macam. Berdasarkan hasil pembuktian dengan diagram himpunan, dari 25 macam tiap bentuk silogisme, hanya 13 mempunyai kesimpulan tepat dan pasti, adapun yang lainnya tidak dapat dipastikan kesimpulannya. Semua silogisme yang pasti ini merupakan penerapan 7 hukum dasar penyimpulan ke bentuk-bentuk silogisme dengan mengikuti sistem konversi.
Silogisme Tidak Beraturan
Silogisme tidak beraturan yang merupakan kumpulan berbagai ragam silogisme, yaitu silogisme kategorik yang proposisinya ada yang tidak dinyatakan atau berkait-kaitan atau juga bentuk silogisme yang terdiri atas beberapa silogisme yang berkaitan. Silogisme tidak beraturan semuanya dapat dikembalikan ke bentuk silogisme yang beraturan, adapun yang berkaitan dapat juga diuraikan secara bertahap. Silogisme tidak beraturan ada empat macam, yaitu entimema, epikirema, sorites, dan ada juga yang disebut dengan polisilogisme. Semua ini akan dibicarakan satu per satu secara jelas.
Penalaran bentuk entimema hanya menyebutkan premisnya saja tanpa ada kesimpulan karena dianggap sudah langsung dimengerti kesimpulannya atau sudah disebutkan terlebih dahulu. Dan sering juga menyebutkan premis pertama dengan kesimpulan atau premis kedua dengan kesimpulan. Semua ini menunjukkan bahwa dalam penalarannya itu ada proposisi yang diperkirakan atau tidak dinyatakan. Entimema didefinisikan sebagai berikut. Entimema adalah suatu bentuk silogisme yang hanya menyebutkan premis atau kesimpulan saja atau keduanya, tetapi ada satu premis yang tidak dinyatakan. Penalaran dalam bentuk entimema proposisi yang tidak dinyatakan ada 4 kemungkinan, yaitu entimema dari silogisme yang premis pertamanya ditiadakan, entimema dari silogisme yang premis keduanya ditiadakan, entimema dari silogisme yang kesimpulannya diperkirakan karena langsung dapat diketahui, entimema dari silogisme yang kedua premisnya diperkirakan karena dianggap sudah diketahui.
Penalaran bentuk epikirema didefinisikan secara jelas sebagai berikut. Epikirema adalah suatu bentuk silogisme yang salah satu atau kedua premisnya disertai dengan alasan. Premis yang disertai dengan alasan itu sebenarnya merupakan kesimpulan dari suatu silogisme tersendiri yang berbentuk entimema. Penalaran bentuk epikirema ini banyak dijumpai dalam buku-buku maupun percakapan sehari-hari. Adapun premis-premisnya yang berbentuk entimema sering dinyatakan kesimpulannya terlebih dahulu daripada premisnya atau mendahulukan akibat dari sebab.
Penalaran bentuk sorites didefinisikan: suatu bentuk silogisme yang premisnya berkait-kaitan lebih dari dua proposisi sehingga kesimpulannya berbentuk hubungan antara salah satu term proposisi pertama dengan salah satu term proposisi terakhir yang keduanya bukan term pembanding. Sorites pada dasarnya ada dua macam, yaitu sorites progresif dan sorites regresif. Sorites progresif, yaitu suatu perbincangan mengarah maju dari term yang tersempit sampai pada yang terluas, sedang kesimpulannya adalah hubungan antara subjek dari premis pertama dengan predikat dari premis terakhir. Sorites regresif, yaitu suatu perbincangan mengarah balik dari term yang terluas menuju yang tersempit, sedang kesimpulannya merupakan hubungan antar subjek dari premis terakhir dengan predikat dari premis pertama. Penalaran bentuk sorites dapat diambil kesimpulan secara pasti, jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
  1. Jika dalam perkaitan itu lingkungan term berjalan dari term yang luas meliputi term yang sempit maka perkaitan selanjutnya tidak boleh dibalik, walaupun term tersebut sebagai subjek atau predikat.
  2. Jika dalam perkaitan itu lingkungan term berjalan dari term yang sempit termasuk dalam lingkungan term yang luas maka perkaitan selanjutnya tidak boleh dibalik, baik term tersebut sebagai subjek maupun predikat.
  3. Jika dalam perkaitan itu ada negasi maka yang menegasikan atau yang dinegasikan harus term yang lebih luas, hal ini berdasarkan prinsip ketujuh.
  4. Jika dalam perkaitan itu tiap proposisi sebagai premis berbentuk ekuivalen maka sampai proposisi tak terhingga pun kesimpulannya tetap berbentuk ekuivalen, hal ini berdasarkan prinsip pertama kaidah silogisme.
Penalaran bentuk polisilogisme secara singkat didefinisikan sebagai berikut: polisilogisme adalah suatu bentuk penyimpulan berupa perkaitan silogisme sehingga kesimpulan silogisme sebelumnya menjadi premis pada silogisme berikutnya. Bentuk penalaran polisilogisme pada dasarnya merupakan uraian terperinci bentuk sorites, yang tiap tahap diberi kesimpulan tersendiri sehingga merupakan silogisme bertumpuk atau silogisme berkaitan. Perbedaan pokok antara sorites dengan polisilogisme, yaitu Dalam penalaran bentuk sorites yang berkaitan adalah premisnya, dan dalam penalaran bentuk polisilogisme yang berkaitan adalah silogisme.
Sumber Buku Logika karya Noor Muhsin Bakry