Total Tayangan Halaman

Minggu, 23 Januari 2011

perkembangan sosialisasi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas maka kami ingin membuat makalah dengan judul “Perkembangan Hubungan Sosial”

1.2Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan perkembangan hubungan sosial ?
Apa saja karakteristik perkembangan sosial remaja ?
Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial ?
Apakah pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku ?
Apa yang dimaksud interaksi serta jenis-jenis interaksi ?
Bagaimana pola interaksi remaja dengan orang tua ?
Apa yang dimaksud perbedaan individual dalam perkembangan sosial ?
Apa upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan ?


1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan hubungan sosial.
Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial remaja.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
Untuk mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud interaksi serta jenis-jenis interaksi.
Untuk mengetahui pola interaksi remaja dengan orang tua.
Untuk mengetahui maksud dari perbedaan individual dalam perkembangan sosial
Untuk mengetahui upaya pengembangan hubungan sosial remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Hubungan Sosial
Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Bersosisalisasi merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok masyarakat luas.
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks dan tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks.  Jadi, pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Belajar hidup bersosialisasi memerlukan sekurangnya tiga proses berikut.
Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima dalam kelompok tersebut.
Memainkan peran sosial yang dapat diterima.
Agar dapat diterima dalam kelompok selain dapat menyesuaikan perilaku dengan standar kelompok, seseorang juga dituntut  untuk memainkan peran sosial dalam bentuk pola-pola kebiasaan yang telah disetujui dan ditentukan oleh para anggota kelompok.
Perkembangan sikap sosial.
Untuk dapat bergaul dalam masyarakat, seseorang juga harus menyukai orang atau terlibat dalam aktivitas sosial tertentu. Jika anak dapat melakukannya dengan baik, maka ia dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok.


     2.2 Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Remaja pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
Karakteristik perkembangan sosial remaja sebagai berikut:
Berkembangnya Kesadaran akan Kesunyian dan Dorongan akan Pergaulan
Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari hubungan denga orang lain atau berusaha mencari pergaulan.
Langeveld (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984 : 152) berpendapat bahwa kemiskinan akan hubungan atau perasaan kesunyian remaja disertai kesadaran sosial psikologis yang menimbulkan dorongan yang kuat akan pentingnya pergaulan untuk menemukan suatu bentuk sendiri.
Adanya Upaya Memilih Nilai-nilai Sosial.
       Terdapat dua kemungkinan yang ditempuh oleh remaja ketika berhadapan  dengan nilai-nilai sosial tertentu yaitu menyesuaika diri dengan nilai-nilai tersebut atau tetap pada pendirian dengan segala akibatnya, namun ada kemungkinan seseorang tidak akan menuntut norma-norma sosial yang demikian mutlak, tetapi tidak pula menolak seluruhnya.
Meningkatkan Ketertarikan pada Lawan Jenis.
       Dalam konteks ini masa remaja seringkali disebut juga sebagai masa biseksual (Sunarto: 1998) mengistilahkan bahwa dunia remaja telah menjadi dunia erotis artinya keinginan membangun hubungan sosial dengan jenis kelamin lain dipandang sebagai sudut yang berpangkal pada kesadaran akan kesunyian.
Mulai Cenderung Memilih Karier Tertentu.
       Kuhlen mengatakan bahwa ketika sudah memasuki masa remaja akhir, mulai  tampak kecendurangan untuk memilih karier tertentu meskipun dalam pemilihan karier tersebut masih mengalami kesulitan (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984)

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu:
-Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga. Jadi, pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak.
-Kematangan
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosialisai, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, juga kematangan berbahasa.  Kematangan fisik juga diperlukan sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
-Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, namun akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu, “ia anak siapa”. Dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
-Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberi warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Etika pergaulan dan pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
-Kapasitas Mental: Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berrbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.

2.4Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Pada perkembangan sosial, para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu akan terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik serta hasil pergaulannya dengan orang lain yang sangat mungkin dapat merubah tingkah lakunya.
Pemikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Misalnya, tata cara, adat istiadat, yang berlaku di keluarga sering terasa terjadi pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Selain itu, pengaruh egosentris masih sering terlibat dalam pikiran remaja:
Cita-cita dan idealisme yang terlalu baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat lebih lanjut dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin tidak berhasil menyelesaikan persoalan.
Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Pandangan dan penilaian diri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.

2.5 Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
            Remaja yang dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Mereka belummemahami benar tentang norma-norma social yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan social yang kuarang serasi, karena mereka sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Sikap menentang dan sikap canggung dalam pergaulan akan merugikan kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pengembangan hubungan social remaja yang diawali dari lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat.
Lingkungan Keluarga
Orang tua hendaknya mengakui kedewasaan remaja dengan jalan memberikan kebebasan terbimbing untuk mengambil keputusan dan tanggung jawab sendiri. Iklim kehidupan keluarga yang memberikan kesempatan secara maksimal terhadp pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat membantu anak memiliki kebebasan psikologis untuk mengungkapkan perasaannya.  Dengan cara demikian, remaja akan merasa bahwa dirinya dihargai, diterima, dicintai, dan  dihormati sebagai manusia oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua yaitu :
-Pola asuh bina kasih (induction)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh anaknya.
-Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak  dapat menerimanya.
-Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Yaitu pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan apa yang dihendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala. Dalam konteks pengembangan kepribadian remaja, termasuk didalamnya pengembangan hubungan sosial, pola asuh yang disarankan oleh Hoffman (1989) untuk diterpakan adalah pola asuh bina kasih (induction). Artinya, setiap keputusan yang diambil oleh orang tua tentang anak remajanya atau setiap perlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak remajanya harus senantiasa disertai dengan penjelasan atau alasan yang rasional. Dengan cara demikian, remaja akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk kemudian mengambil keputusan mengikuti atau tidak terhadap keputusan atau perlakuan orang tuanya


Lingkungan Sekolah
Di dalam mengembankan hubungan social remaja, guru juga harus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis, guru harus berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya semata-mata mengajar tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Dengan demikian, perkembangan hubungan sosial remaja akan dapat berkembang secara maksimal.
Lingkungan Masyarakat
Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberika
rangsang kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat .


















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan social adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kenutuhan hidup manusia.
Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
 Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama intelek dan emosi.
Hubungan social remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri, remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
3.2 Saran
Sebagai suatu proses yang dinamis, pendidikan akan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan umumnya. Salah satu ciri dari perkembangan pendidikan adalah adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan seperti kurikulum strategi belajar-mengajar, alat bantu mengajar, sara dan prasarana, sumber-sumber dan sebagainya. Perkembangan ini sudah tentu akan mempengaruhi kehidupan para siswa baik dalam bidang akademik, sosial maupun pribadi.
Oleh karena itu para siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses yang berarti dalam keseluruhan proses belajar.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar